Tulisan ini disampaikan pada Konferensi Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2009 di Batu, Malang, Indonesia pada 5-7 November 2009.
Kekasaran dan Ketidaksantunan Linguistik dalam Komunikasi di Indonesia
Konflik Bi-Retorika, Retorika Etnik Versus Retorika “Kini”
Dr. Agus Trianto, M.Pd.
Universitas Bengkulu
Dalam khasanah komunikasi di Indonesia telah terjadi vulgarisasi bahasa Indonesia yang mengarah kepada kekerasan dalam penggunaan bahasa. Fenomena penggunaan bahasa semacam di atas merupakan penurunan retorika.Tulisan ini membahas korpus linguistik yang berisi konflik retorika etnik dan retorika “kini”, suatu konflik disebabkan kekurangpahaman dwi-retorika: membenci ketaklangsungan namun kurang dapat menerima keterusterangan; merendahkan nilai eufimisme namun anti kritik. Teori dan hasil penelitian yang digunakan dalam analisis adalah kajian kesantunan/ketidaksantunan; kajian bincang siaran dan manipulasi norma situasional dan sumber bahasa yang memiliki potensi konflik; penerapan pemahaman linguistic terhadap dunia politik; dan Analisis Wacana Kritis.
Linguistics Impoliteness and Rudeness (Liar) in Indonesian Communication
The Conflict of bi-rhetoric, Ethnic Rhetoric Versus “Recent” Rhetoric
In recent years, public communication in Indonesia that there has been a vulgarization of Bahasa Indonesia using that tend to containing what might be labeled rudeness or impoliteness. The phenomenon of the conflictual interactions is the decline of politeness and the decline of Indonesian rhetoric. The main objective of this paper is to assess what kind of description of rhetoric conflict (unawareness of bi-rhetoric) might be possible in communication: not only dislike the indirectness rhetoric other people, but dislike the directness people speech to themselves; don’t like euphemism but anti-critic. The theory and research using in analysis are im/politeness studies; studies confrontational broadcast talk and the manipulation of situational norms and language resources to set up the potential for conflict; applying linguistic insights to the (inherently conflictual) political arena; and Critical Discourse Analysis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar